Langga Sebagai Beladiri
BY
Hartono Hadjarati
Bersama Guru langga BuA Desa Ilomata Gorut. Bpk Ismail Jahiji (Pa Tinggi Sumo)
Langga
sebagai sebuah fenomena beladiri, terbilang cukup unik, Langga berfungsi
sebagai alat atau cara pembelaan diri dengan tangan kosong. Tujuan Langga tidak
hanya membentuk pe’langga agar mampu membela diri terhadap lawan, namun juga
meningkatkan “kesadaran” spritual seorang pe’langga terhadap eksistensi dirinya
sendiri, sesamanya dan alam semesta.
Konsep
teknik beladiri Langga secara fisik berupa penggunaan faktor arah dan tenaga
lawan untuk dipergunakan oleh Pe’langga dalam mengagalkan serangan lawan,
dengan balik peyerang, “Totame MaUi Tolo PopaI” tenaga lawan tidak dihindari
atau ditentang, tapi dimanfaatkan untuk menyerang balik, dengan mengunci
serangan atau menjatuhkan lawan.
Langga
adalah cara mempertahankan diri dengan teknik beladiri. Langga adalah seni
untuk menyelamatkan diri dari serangan yang langsung maupun tidak langsung. Ju
Panggola sebagai pencipta Langga dengan tujuan menjadi alat rekonsiliasi artinya
langga idealnya adalah alat untuk mencari persaudaraan, perdamaian. Bukan sebagai
sarana yang justru merenggangkan hubungan dengan manusia lain. Karena langga
adalah alternatif terakhir yang terpaksa diambil bila tiada jalan lain untuk
menemukan kedamaian. Jalan langga adalah jalan untuk menghentikan semua bentuk
perseturuan yang didasari jiwa kasih sayang. Dengan demikian langga akan
berfungsi sebagai pengayom, bukan perusak.
“Molopato
Tonula Hiala laAta to hila hila lo taU”
Langga
tidak memiliki struktur gerak yang baku sampai saat ini, tapi teknik langga
dirancang untuk merusak, meskipun potensi untuk hal tersebut tetap besar, yakni
konsep gerak “molelapo to tonula leletua” artinya mengunci semua persendian. Teknik
Mohudu dalam langga dirancang untuk
memberikan lebih banyak pilihan kepada lawan dalam mengakhiri konflik
perkelahian secara bijaksana.
Semua
beladiri mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Setiap manusia mempunyai
potensi, inisiatif, cipta,rasa, karsa dan inovasi sendiri. Masing-masing orang
mempunyai interprestasi dan pendapat sendiri-sendiri tentang bagaimana cara
menghadapi serangan dan mengembangkan sistematika beladirinya. Hal inilah yang
menyebabkan perbedaan struktur pertahan diri maupun penyerangan balik.#Foto langga BuA