Jumat, 15 April 2016

Langga Sebagai Beladiri



Langga Sebagai Beladiri
BY
Hartono Hadjarati

Bersama Guru langga BuA Desa Ilomata Gorut. Bpk Ismail Jahiji (Pa Tinggi Sumo)

Langga sebagai sebuah fenomena beladiri, terbilang cukup unik, Langga berfungsi sebagai alat atau cara pembelaan diri dengan tangan kosong. Tujuan Langga tidak hanya membentuk pe’langga agar mampu membela diri terhadap lawan, namun juga meningkatkan “kesadaran” spritual seorang pe’langga terhadap eksistensi dirinya sendiri, sesamanya dan alam semesta.
Konsep teknik beladiri Langga secara fisik berupa penggunaan faktor arah dan tenaga lawan untuk dipergunakan oleh Pe’langga dalam mengagalkan serangan lawan, dengan balik peyerang, “Totame MaUi Tolo PopaI” tenaga lawan tidak dihindari atau ditentang, tapi dimanfaatkan untuk menyerang balik, dengan mengunci serangan atau menjatuhkan lawan.
Langga adalah cara mempertahankan diri dengan teknik beladiri. Langga adalah seni untuk menyelamatkan diri dari serangan yang langsung maupun tidak langsung. Ju Panggola sebagai pencipta Langga dengan tujuan menjadi alat rekonsiliasi artinya langga idealnya adalah alat untuk mencari persaudaraan, perdamaian. Bukan sebagai sarana yang justru merenggangkan hubungan dengan manusia lain. Karena langga adalah alternatif terakhir yang terpaksa diambil bila tiada jalan lain untuk menemukan kedamaian. Jalan langga adalah jalan untuk menghentikan semua bentuk perseturuan yang didasari jiwa kasih sayang. Dengan demikian langga akan berfungsi sebagai pengayom, bukan perusak.
“Molopato Tonula Hiala laAta to hila hila lo taU”
Langga tidak memiliki struktur gerak yang baku sampai saat ini, tapi teknik langga dirancang untuk merusak, meskipun potensi untuk hal tersebut tetap besar, yakni konsep gerak “molelapo to tonula leletua” artinya mengunci semua persendian. Teknik Mohudu dalam langga dirancang untuk memberikan lebih banyak pilihan kepada lawan dalam mengakhiri konflik perkelahian secara bijaksana.
Semua beladiri mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Setiap manusia mempunyai potensi, inisiatif, cipta,rasa, karsa dan inovasi sendiri. Masing-masing orang mempunyai interprestasi dan pendapat sendiri-sendiri tentang bagaimana cara menghadapi serangan dan mengembangkan sistematika beladirinya. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan struktur pertahan diri maupun penyerangan balik.#Foto langga BuA