Analisis
Fisiologi Olahraga Terhadap Beladiri Langga
(ditinjau
dari Fisiologi Kesimbangan Sikap Pasang)
oleh
Hartono Hadjarati
KESEIMBANGAN Sebutan lain : 1.
Equilibrum 2. Balance 3. Poise (sikap tenang) 4. Position (keadaan sikap
kedudukan) 5. Stance (sikap) Keseimbangan ialah : keadaan tenang atau tidak
bergerak dari suatu benda atau objek. Titik berat badan (centre of gravity)
dapat dikatakan sebagai titik keseimbangan. Dan letaknya tetap, selama tidak
berubah. Garis berat tubuh ialah arah gaya gravitasi yang bekerja pada titik
berat. Merupakan garis vertical yang melalui titik berat. Garis berat manusia
ialah garis vertical yang melalui titik berat badan. Setiap perubahan letak
titik berat akan menyebabkan perubahan posisi garis beratnya.
Tingkat keseimbangan (kesetimbangan) " semua benda
yang diam (sesuia dengan syarat-syaratnya) dikatakan dalam keadaan
seimbang..... Namun tidak semua benda yang diam memiliki stabilitas yang
sama". Hal ini bisa dilihat dalam beladiri langga terutama dalam sikap
pasang yakni : sikap pasangan dengan kuda-kuda tinggi memiliki keeimbang mantap
(stabil), Seimbang mantap (stabil), terjadi jika posisi sebuah objek diubah
sedikit dan objek tersebut cenderung untuk kembali pada posisi semula. Seimbang
goyah (labil) Seimbang goyah (labil) : terjadi bila titik berat objek jatuh
pada titik yang lebih rendah jika objek tersebut di angkat. Seimbang neteral
(indifferent) . Seimbang neteral (indifferent) : terjadi jika terjadi sedikit
dorongan, objek tersebut tidak akan jatuh ke belakang atau ke depan.
Analisis Hukum Newton dengan Aplikasi Dikaitkan dengan
Kegiatan Beladiri Langga
1. Hukum
I : Hukum Kelembaman (Law of
intertia)
Ketika beladiri langga baru dimulai
maka kedua Pelangga yang melakukan pertandingan belum melakukan suatu gerakan
apapun. Ketika wasit mulai menentukan Pelangga mana yang boleh bergerak mohudu untuk menyerang mohemeto dalam
beladiri langga dalam hal peraturannya ada pelangga yang melakukan sikap pasang
“mohudu’ yang mohudu adalah posisi cari lawan, sedengankan yang merima tangganan
adalah disebut pelangga “mohemeto”. Pelangga
yang melakukan sikap Mohudu akan diam karena belum mendapatkan penyerangan
dari pelangga mohemeto, barulah
pelangga mohudu akan bergerak ketika
ia mendapatkan sebuah gaya dari pelangga yang mohemeto. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada hukum Newton I
yakni Hukum Kelembaman yang menyatakan suatu benda akan tetap dalam keadaan
diam atau dalam keadaan gerak kecuali karena pengaruh gaya yang merubah
keadaannya
2. Hukum
II : Hukum Percepatan (law of acceleration)
Pada beladiri langga, seorang pelangga ”mohemeto”
yang dapat menyerang pelangga yang
posisi muhudu disesuailkan dengan
sudut serangan yang dilakukan oleh pelangga Mohemeto. Pelangga mohemeto
menyerang dengan menggunakan siku dengan sudut tertentu sehingga dapat
merobohkan lawan. Maka gaya yang diberikan oleh pelangga mohemeto untuk menyerang pelangga Mohudu berbanding lurus dengan percepatan ketika Mohudu jatuh. Penjelasan di atas sesuai
dengan pernyataan pada Hukum Newton II yakni Hukum Percepatan yang menyebutkan
bahwa Percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya
penyababnya.
3. Hukum
III : Hukum Reaksi (Law of reaction)
Dalam beladiri tentunya terdapat dua pelangga yang berusaha untuk menjadi
pemenang. Jika pelangga mohemeto menyerang
pelangga mohudu, maka pelangga mohudu dapat juga mnyerang kembali
pelangga mohemeto dengan tempat yang berlawanan. Misalnya saja pelangga mohemeto menyerang perut pelangga mohudu maka pelangga mohudu dapat melawan dengan menyerang
kembali bagian dada atau bahkan menjatuhkannya. Pelangga mohemeto menyerang kembali karena berusaha mempertahankan dirinya
agar tidak terjatuh. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan hukum Newton III
yakni Hukum Reaksi yang berbunyi setiap aksi selalu ada rekasi yang sama dan
berlawanan. Hal ini lebih dikenal dengan “Totame maitolo popai”# selamatkan beladiri langga dari kepunahan