Oleh
Hartono Hadjarati
Asal usul beladiri langga tidak banyak diketahui oleh masyarakat
Gorontalo, seperti sejarah pencak silat saat ini, beladiri langga konon mulai
berkembang sejak abad 16, dimana Agama Islam mulai masuk ke Daerah Gorontalo, Ju
Panggola yang juga ulama besar penyebar agama Islam wilayah Gorontalo sekaligus
pejuang untuk mengusir penjajah Belanda dari tanah Gorontalo pada zamannya, Ju
Panggola juga dikenal raja Ilato, memiliki kesaktian yang sangat tinggi karena
itu beliau di beri gelar Raja Ilato “Kilat” yang dapat menghilang dan muncul
tiba-tiba ditengah keremunan orang banyak ketika ada pertikaian yang sangat
membahayakan keutuhan masyarakat Gorontalo. Dengan ke saktiannya inilah maka
orang Gorontalo menyebut beliaulah penciptkan beladiri Langga.
Beladiri Langga Lahir tanpa harus mempelajari struktur Gerak
atau teknik-teknik beladiri pada umumnya, Ju Panggola waktu itu hanya melakukan
Pitudu kepada muridnya yakni meneteskan cairan ke mata muridnya masing-masing,
maka secara otomatis mereka sudah mampu melakukan teknik-teknik beladiri yang
mampu mengalahkan musu-musunya terutama kepada kaum penjajah daerah Gorontalo. Oleh
karena itu Langga berasal dari kata “he langga langgawa” bahasa Gorontalo yang
artinya gerak-gerik. Maka sejak itulah langga menyebar pesat di masyarakat
Gorontalo dengan tradisi Pitodu-nya menjadi proses yang sangat sakrar. Yang harus
dilakukan saat mempelajari beladiri langga. Setelah itu dikenal dengan mo
bayango atau hepasialo, dengan melakukan bayango seorang murid akan cepat dapat
menguasi ilmu beladiri Langga. Mobayango atau hepasialo itu sesungguhnya
mengajarkan teknik-teknik gerak beladiri langga kepada murid baru setelah dia
dipitudu.
Proses Pitodu dilakukan sampai 7 kali sebelum murid langga
selasai belajar langga. Pitodu langga dilakukan sebagai media penghubung/mopodungga
antara lati (syetan) dengan pe langga.
Media penghubungnya “lati lo maluo” adalah
seekor ayam jantan yang dipotong saat prosesi pitodu dilaksanakan, karena
kepercayaan masyarakat Gorontalo bahwa lati
merupakan wujudnya bermacam-macam yang bisa bersemayam dalam tubuh manusia. Ayam
(maluo) adalah simbol sebagi hewan yang lincah dan agresif dengan penglihatan
yang tajam dari berbagai sisi. ###
terimakasih pak Hartono, perkenalkan saya Andy.. mahasiswa Pasca UII, saya Asli Gorontalo
BalasHapusmungkin dilain waktu kami ingin mendengarkan langsung asal usul dan sejarah bela Diri langga dari pati pak, semacam diskusi begitu...
Insha Allah ti Pak di beri umur panjang ... amin amin,,,
terimakasih
Amin. terimakasih atas apresiasinya terhadap blog ini dan undangan diskusinya, langga butuh swntuhan-sentuhan akademik untuk berkembang. contak saya ada di blog ini kalau membutuhkan. odu olo
HapusAssalammualaikum pak Hartono, perkenalkan saya Kalih dosen di UNG dan sekarang sedang melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Brawijaya Malang.........saya sangat membutuhkan informasi, cerita ataupun pola-pola gerakan langga yang banyak mengandung makna filsafat yang akan nantinya saya hubungkan dengan arsitektur tradisional rumah tinggal Gorontalo
BalasHapusInsyaallah kalau ada kesempatan saya bisa ketemu dengan bapak untuk diskusi......semoga pak Hartono dan saya di berikan umur panjang dan sehat..amin
terima kasih
terima kasih sudah mampir di blog saya, maaf telat bacanya karena masuk dalam spam komentarnya. siap pak kapan saja bapak ada waktu, nanti di telp saya di contak hp 085240040657. odu olo
Hapuspak, kalau boleh tau di mana daerah di gorontalo yang masih terdapat kebudayaan langga ini?
BalasHapusterimakasih anda sudah berkunjung ilham Rizqi :Langga masih eksis dihampir semua daerah di Gorontalo, misal Tapa, Suwawa, Dungigi Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Gorut dan Boalemo. odu olo
Hapus