Rabu, 10 Februari 2016

Sejarah Langga

Asal Usul Langga 
oleh 
Hartono Hadjarati

Kapan beladiri langga lahir tidak ada yang tahu persis, lalu bagaimana beladiri ini berkembang. Beladiri langga ini berkembang melalui informasi dari mulut ke mulut, beladiri langga disebarkan melalui kisah atau legenda masyarakat Gorontalo.
Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan.Ju dalam bahasa Gorontalo yang artinya ya, dan Panggola berarti tua. Jadi, Ju Panggola berarti ya pak tua. Menurut sejarah, orang yang dijuluki Ju Panggola itu adalah Ilato yang berarti kilat. Ia adalah seorang Awuliya atau Wali yang menyebarkan agama Islam di Gorontalo dan memiliki kesaktian yang tinggi, yakni mampu menghilang dari pandangan manusia dan dapat muncul seketika jika Negeri Gorontalo dalam keadaan gawat. Ia dijuluki Ju Ponggala, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua berjenggot panjang dan mengenakan jubah putih. Ju Panggola meninggalkan sebuah aliran ilmu putih yang diterapkan lewat beladiri yang oleh masyarakat Gorontalo di sebut dengan langga. Semasa masih hidup, Ju Panggola mewariskan ilmunya kepada murid-muridnya dengan cara meneteskan air mata pada mata mereka. Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu beladiri tersebut melalui mimpi ataupun gerakan refleks. Ju Panggola meninggal pada abad 14, ini dibuktikan dengan bangunan makam yang terletak di kelurahan Dembe I kecamatan kota Barat Kota Gorontalo, yang saat ini oleh masyarakat dianggap kompleks suci.
Beladiri langga terus berkembang, di wilayah Gorontalo (Hulondahlo), menyebar kesemua kerajaan kecil waktu. Maka muncul Jogugu sebagai kepala keaman waktu itu, seorang Jogugu sangat ahli dalam olahkanuragan (langga). pada abad ke 16 beladiri langga, sudah menjadi beladiri yang sangat populer di semua lapisan masyarakat Gorontalo waktu itu baik orang dalam kerajaan maupun masyarakat biasa. Puncaknya pada abad ke 17 dalam kerajaan Limboto dan Kerajaan Gorontalo.
Dokumen/ Foto : Jogugu Gorontalo 1870
Sumber : www.gorontaloprov.go.id

1.        Beladiri Langga Masa Kerajaan
Pada zaman kerajaan Nusantara, beladiri dijadikan sebagai alat untuk mencapai status dan kedudukan sosial, seseorang yang menguasai kemahiran beladiri disegani oleh masyarakat dan dapat mencapai kekuasaan politik, Maryono,(2000) dalam Mulyana 2013.79)
Seiring dengan pesatnya kebudayaan dan majunya transfortasi (laut dan darat), terjadi perluasan kekuasan oleh kerajaan satu terhadap kerajaan lainnya. Kemudian mulailah proses interaksi budaya dan ilmu pengetahuan, baik antara kerajaan rumpun melayu maupun dengan kerajaan di luar negeri sehingga mengakibatkan proses saling mempengaruhi termasuk beladiri. Proses saling mempengaruhi inilah yang saling berperan dalam memberikan aneka ragam gerak beladiri sehingga tidak tampak lagi keaslian beladiri.
Beladiri langga bukan ilmu yang statis. Ilmu ini berkembang dari waktu kewaktu. Proses akulturasi merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai aliran dan peningkatan kemampuan beladiri langga. Perpindahan penduduk, ekspansi kerajaan dan sifat suka merantau (moleleyangi) menyebabkan terjadinya pertemuan dan persilangan antara berbagai ilmu kanuragan (beladiri) yang saling memberi dan menerima. Oleh karenanya dengan datangnya berbagai suku dan bangsa ke Gorontalo, tidaklah tertutup kemungkinan terjadinya persilangan yang memperkaya kemampuan beladiri langga Gorontalo seperti misalnya ilmu beladiri yang banyak dipengaruhi Kuntao Cina diberbagai tempat di daerah Gorontalo sudah dianggap sebagai ilmu asli setempat.
Basri Amein (2012:59 ) mengatakan pada tahun 1930-an secara sosial orang Gorontalo jarang saling benci dan jarang suka berkelahi, juga tak punya ciri-ciri negatif. Kalau ada perkelahian di antara masyarakat itu karena minuman keras (saguer). Walaupun saat itu rata-rata orang Gorontalo mengetahui beladiri Langga serta mempunyai pisau belati. Meskipun demikian tak pernah ada perang besar didaerah Gorontalo, walaupun pada abad ke 17 kerajaan Limboto dan Gorontalo berperang tapi akhirnya bisa diakhiri dengan kesadaran akan manfaat persahabatan. Hal ini masih melekat dalam filosofis langga bahwa kedamaian itu tidak selamanya diselesaikan dalam sebuah pertarungan, ini bisa dilihat dalam sikap “mohudu”. Saat “mohudu” atau meragai tidak ada orang lain menerima maka selama itu pula seorang yang sedang mohudu tidak bisa menyerang orang lain. Hal ini sesuai dengan falasaf orang Gorontalo, “dila pololehe parakara, wanu malodungaya dilabo teteo”.
Keadaan daerah Gorontalo di atas sesuai yang di tulis oleh F.De Haan (1935:150-160 dalan Djoko Soekiman,2014,35) yang mengatakan Gorontalo adalah salah satu pemasuk prajurit sewaan yang siap pakai oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menjaga wilayah kekuasaanya yang  semakin luas di nusantara, ada banyak hulptroepen (pasukan) yang diserahkan oleh raja Gorontalo, paduka Muhammad Djain Iskandar Monvarsa, kepada asisten residen Gorontalo, Willem Laurens Van Gurieke. Dalam perjanjian yang bertanggal 29 Agustus 1828 disebutkan sebanyak 400 orang yang menguasai beladiri langga dibawah oleh putra sulung Hassan Monvarsa yang diberi pangkat “ Kapitein laut”.


Dokumen : Foto Raja Gorontalo Iskandar Monoarfa
2.      Beladiri Langga Masa Penjajahan
Puncaknya pada tanggal 23 Januari 1942, para pemuda yang dipimpin oleh Nani Wartabone mengadakan perlawan terhadap kedudukan Belanda di Gorontalo, dengan semangat patriotisme pemuda-pemuda yang telah dibekali dengan beladiri langga dengan permainan pedang (Longgo), ini mampu mengalahkan Bangsa penjajah. Belanda merencanakan pembumi hangusan segala aset di daerah jajahan termasuk di daerah Gorontalo apabila terjadi serbuan Jepang. Para pemuda ini dikenal dengan pasukan rimba  Nani Wartabone, tapi sangat disayangkan pasukan rimba, saat ini nasib dan keberadaan mereka tidak banyak diketahui. Pasukan rimba ini konon direkrut dari pemuda-muda yang telah menguasai beladiri langga, yang ada didaerah suwawa dimana Bapak Nani Wartabone tinggal. Kontribusi terakhir pasukan rimba ini ketika penumpasan  PERMESTA di Gorontalo.
Dokumen : Pahwan Gorontalo Bpk Nani Wartabone
dokumen Penelitian : studio Civica Tv

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan tinggalkan saran dan kritik anda Odu olo