Rabu, 08 Maret 2017

Bibito To Langga

Keterangan Gambar: TeteduO

BIBITO

Setiap orang Gorontalo memahami bahwa yang sudah memiliki Ilmu beladiri Langga itu, sudah tidak bisa di sentuh dengan diam-diam "kaget" (oheyalo), maka secara tidak sadar si pelangga akan dapat memukul si penyentuh, sebab itu orang yang memiliki kecepatan seperti itu di katakan ma olangga tio, sedangkan yang tidak beraksi dianggap tidak memiliki ilmu langga atau masih dibawah ilmunya.
Pengantar di atas hanyalah cerita orang atau anggapan kebanyak orang Gorontalo terhadap orang-orang yang sudah belajar langga, sebenarny dalam ilmu beladiri langga itu sebelum melakukan tindakan apapun, Pelangga sudah memiliki apa yang namakan bibito. Bibito adalah suatu perasaan/rasa dalam diri sendiri yang muncul sebagai tanda bahwa akan ada yang terjadi pada dirinya, maka hal itu akan membawah si pelangga akan lebih meningkatkan kewaspadaannya. Bibito atau operasa.
dengan adanya bibito ini maka pelangga secara ke ilmuan dalam beladiri langga, maka ilmunya sudah tinggi, dengan bibito ini pelangga sudah mampu membedakan apa dan siapa yang akan menghampiri dirinya dengan kekuatan maupun tidak pelangga sudah mampu membedakannya, contoh seperti ada kawan yang mendekat diam-diam selanjutnya melakukan teguran dengan menumpuk bahu, maka pelangga tidak akan beraksi secara berlebihan untuk menanggapi tepukan bahu tadi karena dia sudah tau bawah tepukan tangan di bahu itu tidak mengandung hawa membahayakan atau dia sudah tau bahwa itu temannya. tapi kalau pelangga melakukan gerakan dengan reaksi seakan itu akan membahayakan dirinya maka ilmu langganya belum tinggi.
Bibito kalau kita pelajari dengan ilmu sosial, maka bibito sama dengan kemampuan diri sendiri untuk memahami dirinya dan akan peka terhadap keadaan sekitarnya, sebab itu dalam ilmu langga, kalau pelangga sudah memahami dirinya akan, cepat dia akan memahami atau peka terhadap lingkungan sekitar. by Hartono Hadjarati

Rabu, 18 Januari 2017

Motor Learning Dalam Langga Gorontalo

Analisis Motor Learning Dalam Beladiri Langga
Oleh 
Hartono Hadjarati
   Belajar gerak merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu keolahragaan yang dikaji tentang fenomena manusia yang mempelajari atau berusaha menguasai gerakan-gerakan tubuh atau meningkatkan keterampilan gerak tubuhnya. Pengetahuan tentang teori belajar gerak merupakan sebagian dari landasan ilmiah yang diperlukan oleh guru atau pelatih untuk dapat melakukan pelatihan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh (lankor,2007:83)
   Unsur gerak dasar beladiri langga Gorontalo belum teridentifikasi, sebagai ciri khas suatu gerak beladiri, agar memudahkan untuk melakukan pengembangan gerak keterampilan beladiri itu sendiri. Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Agar pelangga mampu melakukan gerak secara efisien dan efektif.
   Gerak efisien adalah gerak yang menopang keberhasilan penampilan olahraga. Bila gerak itu efisien, dapat diasumsikan bahwa tekniknya benar, akan menimbulkan gerakan yang indah, gerakanya kelihatan ringan, dilakukan tanpa ketegangan yang berarti, rileks, mulus, berirama dan bersinabungan. Kemampuan gerak pelangga yang khas hasil dari interaksi kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan.
   Gerakan manusia dapat diamati karena adanya perubahan posisi tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Gerakan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, seperti unsur gerak dasar dalam beladiri langga. Semua gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya. 3 unsur yang menyebabkan terjadinya gerakan pada manusia yakni tulang sebagai penggerak dan pelindung organ dalam, otot sebagai sumber penggerak dan persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan, serta mempertahankan kelenturan kerangka tubuh.
    Belajar teknik beladiri langga, pelangga harus terlebih dahulu menguasai beberapa teknik dasar. Teknik-teknik tersebut adalah beberapa kemungkinan serangan dan bagaimana pelangga menghadapi dan melumpuhkan serangan tersebut. Pengajaran teknik dasar ini lebih bersifat petunjuk praktis, misal seperti ini guru langga berujar “bila kamu menghadapi serangan begini, kamu akan melakukan begini, bila kamu dibeginikan, kamu harus begitu” teknik pelatihan seperti ini dalam motor learning disebut kemampuan perseptual. Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterprestasikan stimulus yang diterima oleh organ indera. Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu yang ada disekitar, sehingga seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi, misalnya seorang pelangga mendapat serangan, pelangga dapat mampu melihat serangan dan memahami situasi serangan, sehingga pelangga dapat menghadapi dan melumpuhkan serangan tersebut.
   Metode pelatihan di atas disebut mo bayango, arti kata mo adalah melakukan sedangkan bayango adalah bayangan, jadi mo bayango artinya belajar gerakan langga dengan bayangan. Mo bayango ini berisi potongan-potongan gerakan untuk pembelaan diri pelangga, yang diambil dari perkelahian sebenarnya. Bayango-bayango ini belum bisa menjamin pelangga akan mampu menghadapi setiap kemungkinan serangan dalam perkelahian nyata. Karena bagaimanapun bayango hanyalah teknik dasar saja.
  Setelah proses pelatihan mo bayango ini diharapkan kepada pelangga untuk terus belajar gerakan yang telah dipelajari terus-menerus dengan merangkai potongan-potongan gerakan di atas menjadi suatu gerakan yang bersambung, bagai air mengalir, karena pada prinsipnya serangan dalam beladiri langga dilakukan tanpa putus-putus tapi simultan tanpa putus bagai alir mengalir, sampai lawan menyerah kalah.

   Mo bayango adalah  untuk memberikan latihan pada otot untuk memiliki memory terhadap gerakan yang kita inginkan. Namun demikian kemampuan refleks harus keluar dan teruji di dunia nyata dalam hal ini di representasikan dalam latihan tanding. semakin banyak bertanding maka refleks bertarung di dunia nyata jadi terasah, untuk mrndapatkan refleks bertarung yang sesuai dengan kaidah beladiri langga maka harus dengan latihan. Jadi akhirnya setelah kita membentuk form akhirnya kita akan formless karena apa yang kita gerakkan adalah semata-mata refleks dari tubuh kita yang telah kita bentuk refleksnya dengan mo bayango.### savelanggagorontalo