Rabu, 18 Januari 2017

Motor Learning Dalam Langga Gorontalo

Analisis Motor Learning Dalam Beladiri Langga
Oleh 
Hartono Hadjarati
   Belajar gerak merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu keolahragaan yang dikaji tentang fenomena manusia yang mempelajari atau berusaha menguasai gerakan-gerakan tubuh atau meningkatkan keterampilan gerak tubuhnya. Pengetahuan tentang teori belajar gerak merupakan sebagian dari landasan ilmiah yang diperlukan oleh guru atau pelatih untuk dapat melakukan pelatihan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh (lankor,2007:83)
   Unsur gerak dasar beladiri langga Gorontalo belum teridentifikasi, sebagai ciri khas suatu gerak beladiri, agar memudahkan untuk melakukan pengembangan gerak keterampilan beladiri itu sendiri. Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Agar pelangga mampu melakukan gerak secara efisien dan efektif.
   Gerak efisien adalah gerak yang menopang keberhasilan penampilan olahraga. Bila gerak itu efisien, dapat diasumsikan bahwa tekniknya benar, akan menimbulkan gerakan yang indah, gerakanya kelihatan ringan, dilakukan tanpa ketegangan yang berarti, rileks, mulus, berirama dan bersinabungan. Kemampuan gerak pelangga yang khas hasil dari interaksi kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan.
   Gerakan manusia dapat diamati karena adanya perubahan posisi tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Gerakan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, seperti unsur gerak dasar dalam beladiri langga. Semua gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya. 3 unsur yang menyebabkan terjadinya gerakan pada manusia yakni tulang sebagai penggerak dan pelindung organ dalam, otot sebagai sumber penggerak dan persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan, serta mempertahankan kelenturan kerangka tubuh.
    Belajar teknik beladiri langga, pelangga harus terlebih dahulu menguasai beberapa teknik dasar. Teknik-teknik tersebut adalah beberapa kemungkinan serangan dan bagaimana pelangga menghadapi dan melumpuhkan serangan tersebut. Pengajaran teknik dasar ini lebih bersifat petunjuk praktis, misal seperti ini guru langga berujar “bila kamu menghadapi serangan begini, kamu akan melakukan begini, bila kamu dibeginikan, kamu harus begitu” teknik pelatihan seperti ini dalam motor learning disebut kemampuan perseptual. Kemampuan perseptual adalah kemampuan menginterprestasikan stimulus yang diterima oleh organ indera. Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu yang ada disekitar, sehingga seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi, misalnya seorang pelangga mendapat serangan, pelangga dapat mampu melihat serangan dan memahami situasi serangan, sehingga pelangga dapat menghadapi dan melumpuhkan serangan tersebut.
   Metode pelatihan di atas disebut mo bayango, arti kata mo adalah melakukan sedangkan bayango adalah bayangan, jadi mo bayango artinya belajar gerakan langga dengan bayangan. Mo bayango ini berisi potongan-potongan gerakan untuk pembelaan diri pelangga, yang diambil dari perkelahian sebenarnya. Bayango-bayango ini belum bisa menjamin pelangga akan mampu menghadapi setiap kemungkinan serangan dalam perkelahian nyata. Karena bagaimanapun bayango hanyalah teknik dasar saja.
  Setelah proses pelatihan mo bayango ini diharapkan kepada pelangga untuk terus belajar gerakan yang telah dipelajari terus-menerus dengan merangkai potongan-potongan gerakan di atas menjadi suatu gerakan yang bersambung, bagai air mengalir, karena pada prinsipnya serangan dalam beladiri langga dilakukan tanpa putus-putus tapi simultan tanpa putus bagai alir mengalir, sampai lawan menyerah kalah.

   Mo bayango adalah  untuk memberikan latihan pada otot untuk memiliki memory terhadap gerakan yang kita inginkan. Namun demikian kemampuan refleks harus keluar dan teruji di dunia nyata dalam hal ini di representasikan dalam latihan tanding. semakin banyak bertanding maka refleks bertarung di dunia nyata jadi terasah, untuk mrndapatkan refleks bertarung yang sesuai dengan kaidah beladiri langga maka harus dengan latihan. Jadi akhirnya setelah kita membentuk form akhirnya kita akan formless karena apa yang kita gerakkan adalah semata-mata refleks dari tubuh kita yang telah kita bentuk refleksnya dengan mo bayango.### savelanggagorontalo