Rabu, 02 Desember 2015

Mengembangkan karakteristik anak remaja Melalui Aktivitas Beladiri Tradisional Langga Gorontalo



Upaya mengembangkan karakteristik anak remaja (SMP) Melalui Aktivitas Beladiri Tradisional  Langga Gorontalo
Oleh
Hartono Hadjarati

            Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. inilah yang terjadi pada masa remaja saat ini,  mengalami masa remaja yakni masa sekolah tingkat pertama (SMP), dimana masa ini banyak hal yang menjadi pekerjaan orang tua maupun lembaga pendidikan (Sekolah) tentang pencarian jatidiri seorang anak remaja.
            Berbagai sudut pandang ilmu sudah dikemukan oleh para ahli untuk merumuskan gejolak remaja ini, dan berbagai solusipun di tawarkan baik untuk para orang tua maupun para pendidik (guru), untuk mengatasi fenomena remaja yang lebih banyak negatifnya, liat saja tauran sesama reamaja beda sekolah, fenomena cabe-cabean yang dilakukan oleh kaum remaja saat ini. sekolah menjadi tumbuan orang tua tidak bisa berbuat banyak, karena anak di dalam lingkungan sekolah waktunya hanya 7-8 jam saja, sisa berada di dalam masyarakat atau orang tua. Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan-keterampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
            Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan.
            Di Amerika serikat untuk mengatasi permasalahan sosial atau kenalan remaja ini melalui berbagi cara baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah yakni dengan masukan anak-anak dalam berbagai aktivitas fisik (pendidikan jasmani) itu kalau dalam sekolah, di luar sekolah anak-anak remaja di masuk ke klub-klub olahraga yang di ada dilingkungan remaja itu tinggal. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. melalui tulisan ilmia ini penulis menawarkan sosuli yang tepat untuk mengatasi fenomena remaja dengan karaktersitiknya yang unik yakni melalui aktivitas fisik beladiri tradisional silat  Langga. olahraga khas Gorontalo ini akan menjadi alternatif bagi remaja muda Gorontalo untuk mengatasi hal diatas karena seseuai dengan karakter masyarakat Gorontalo itu sendiri.
            Beladiri silat langga sama karakternya dengan beladiri pada umumnya, yang unsur memukul, menendang, menghindar dan lain-lain. dalam beladiri silat Langga ini ada sikap-sikap yang harus di patuhi yang menjadi filosofi dari setiap beladiri yakni Pembentukan sikap merupakan dasar dari pembentukan gerak yang meliputi sikap jasmaniah dan Rohaniah,. Sikap jasmaniah adalah kesiapan fisik tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan dengan kemahiran teknik yang baik. sikap rohaniah adalah kesiapan mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada, sikap siaga,praktis dan efesien.

Rabu, 04 November 2015

Profil Pe'langga di Provinsi Gorontalo

Pakuni Tani (Suwawa)

Imana (Gorontalo Utara)

Batu layar ( Kab. Gorontalo)

Molopatodu (Kab. Gorontalo)


Rabu, 02 September 2015

Monumen Langga Gorontalo


Terimakasih di Ucapkan kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo yakni Bpk Rusli Habibie dan Bpk Dr. Idris Rahim (NKRI) yang telah membuat Monumen Langga semoga ini sangat bermanfaat untuk pelestarian Budaya khas Gorontalo di bidang beladiri. sebagai hadiah HUT kemerdekaan ke 70 RI tahun 2015

Monumen Beladiri Langga Gorontalo
2015

Selasa, 18 Agustus 2015

3 Landasan Beladiri Langga

Beladiri Langga dilandasi oleh  3 Domain Psikomotor, Domain Kognitif, Domain afektif


Beladiri langga dilandasi oleh domain Psikomotor. Gerakan Langga merupakan hasil dari proses yang dimediasi secara kognitif pada pusat otak yang lebih tinggi (konteks motor), kreativitas refleksif pada pusat otak, atau respon otomatis dalam sistem syaraf pusat. domain psikomotor meliputi semua perubahan fisik dan fisiologis, Domain kognitif karena perilaku gerakan Langga melibatkan hubungan antara pikiran dengan tubuh. Interaksi timbal balik antara pikiran dengan tubuh bisa dikaji dalam inti geraknya yakni “Totame ma’uitolo Popaii” gerak perseptual ini merupakan suatu gerak yang dikontrol oleh gerak refleks yang merupakan bentuk gerak otot rangka yang tidak memerlukan suatu unsur persepsi. Beladiri langga melibatkan perasaan dan emosi (domain afektif ) yang bisa terlihat dalam diri pe Langga dan orang lain melalui pola gerakan langga. Sebuah pola gerakan seperti yang didefinisikan oleh Wickstrom (1983) adalah “sebuah kombinasi antara gerakan-gerakan yang diatur menurut urutan ruang-waktu tertentu”. Suatu pola gerakan merupakan serangkaian gerakan yang beraturan dan berhubungan. Lebih khususnya, sebuah pola gerakan menggambarkan performa tentang sebuah gerakan yang terisolasi yang didalam dan pada dirinya sendiri terlalu terbatas untuk diklasifikasikan sebagai pola gerakan dasar. Sebuah pola dasar mengacu kepada performa gerakan lokomotor dasar, manipulasi dan stabilisasi. Pola gerakan dasar melibatkan perpaduan antara pola-pola gerakan antara dua segmen tubuh atau lebih. Tendangan, pukulan, melempar, hindaran, dan berputar merupakan contoh pola gerakan dasar. Walaupun istilah pola gerakan dan keterampilan gerakan sering digunakan secara bergantian, namun keterampilan gerakan disini dianggap sebagai pola gerakan dasar yang dilakukan dengan keakurasian, ketelitian dan kontrol yang lebih besar. Dalam keterampilan gerakan, keakurasian ditekankan dan gerakan asing dibatasi; dalam pola gerakan dasar, gerakan ditekankan tetapi keakurasiannya dibatasi dan tidak perlu dianggap sebagai tujuan. By Hartono Hadjarati

Rabu, 05 Agustus 2015

Rabu, 01 April 2015

Kekuatan Feeling dalam Beladiri Langga


                                                                          Oleh      
Hartono Hadjarati


Beladiri langga kekuatanya berada pada feeling, Proses Pitodu kalau dikaji secara ilmiah bisa dimaknai sebagai pelatihan akan gerak refleks. Karena beladiri langga, dilihat dalam karakter beladirinya dia masuk ke Defense dari pada ke ofense ”diamai okorea delo ta o langga” mengunakan feeling dalam beladiri langga hal yang mutlak. Feeling dalam beladiri artinya penguasaan diri dan musuh melalui irama, hawa, energi, terhadap kekuatan yang dipancarkan oleh serangan musuh. latihan pengembangan feeling dilakukan melalui jurus lembut/mengandalkan rasa, teknik berpasangan dengan gerakan tangan menempel/melekat. Oleh karena itu dalam proses pasialio atau hebayanggo lio. Guru langga dan muridnya ketika dalam latihan gerak tangan mereka saling menempel. Yang pertama dilatih refleksnya ke mudian meningkat ke feeling. Karena Daerah Gorontalo lebih dominan perbukitan maka beladiri langga sangat kuat dalam kuda-kuda. ### Hartono Hadjarati

Minggu, 08 Maret 2015

Belajar Beladiri Langga Gorontalo

Oleh
Hartono Hadjarati


Kebanyakan para pemula memperagakan beladiri langga Gorontalo hanya sebagai sebuah olah tubuh yang biasa saja. Bukan sebagai pengekspresikan karakter yang menyampaikan pesan filosafis. Apabila hal ini disadari lebih awal, maka bukan merupakan hal yang mustahil seorang pemula dapat membawakan teknik beladiri langga dengan apik.  Menghidupkan sebuah beladiri langga memerlukan penguasaan dasar, teknik dan penjiwaan beladiri. Ibarat sebuah pohon, seorang pe’langga harus memiliki akar dasar sikap yang kuat. Tumbuh menerobos ke dalam tanah, serabut menyebar luas menggenggam tanah.  Dengan dasar beladiri langga yang kuat, seorang pe’langga akan dengan mudah untuk tumbuh berkembang mempelajari berbagai jenis gerak beladiri langga baik itu teknik klasik maupun teknik modifikasi. Sebagai sebuah tolak ukur, seorang pemula hendaknya mengetahui tiga kekuatan yang harus dikuasai seorang pendekar : Wiraga, Wirama, dan Wirasa.

Jumat, 27 Februari 2015

Pertunjukan Beladiri Langga

 Beladiri Langga Festival Danau Limboto 2013, Foto Dinas Parawisata Kab Gorontalo
Beladiri Langga Kemenpora Nov 2014, Foto Hendro K

Asal Usul Beladiri Langga Gorontalo

Oleh 
           Hartono Hadjarati

Asal usul beladiri langga tidak banyak diketahui oleh masyarakat Gorontalo, seperti sejarah pencak silat saat ini, beladiri langga konon mulai berkembang sejak abad 16, dimana Agama Islam mulai masuk ke Daerah Gorontalo, Ju Panggola yang juga ulama besar penyebar agama Islam wilayah Gorontalo sekaligus pejuang untuk mengusir penjajah Belanda dari tanah Gorontalo pada zamannya, Ju Panggola juga dikenal raja Ilato, memiliki kesaktian yang sangat tinggi karena itu beliau di beri gelar Raja Ilato “Kilat” yang dapat menghilang dan muncul tiba-tiba ditengah keremunan orang banyak ketika ada pertikaian yang sangat membahayakan keutuhan masyarakat Gorontalo. Dengan ke saktiannya inilah maka orang Gorontalo menyebut beliaulah penciptkan beladiri Langga.
Beladiri Langga Lahir tanpa harus mempelajari struktur Gerak atau teknik-teknik beladiri pada umumnya, Ju Panggola waktu itu hanya melakukan Pitudu kepada muridnya yakni meneteskan cairan ke mata muridnya masing-masing, maka secara otomatis mereka sudah mampu melakukan teknik-teknik beladiri yang mampu mengalahkan musu-musunya terutama kepada kaum penjajah daerah Gorontalo. Oleh karena itu Langga berasal dari kata “he langga langgawa” bahasa Gorontalo yang artinya gerak-gerik. Maka sejak itulah langga menyebar pesat di masyarakat Gorontalo dengan tradisi Pitodu-nya menjadi proses yang sangat sakrar. Yang harus dilakukan saat mempelajari beladiri langga. Setelah itu dikenal dengan mo bayango atau hepasialo, dengan melakukan bayango seorang murid akan cepat dapat menguasi ilmu beladiri Langga. Mobayango atau hepasialo itu sesungguhnya mengajarkan teknik-teknik gerak beladiri langga kepada murid baru setelah dia dipitudu.
Proses Pitodu dilakukan sampai 7 kali sebelum murid langga selasai belajar langga. Pitodu langga dilakukan sebagai media penghubung/mopodungga antara lati (syetan) dengan pe langga. Media penghubungnya “lati lo maluo” adalah seekor ayam jantan yang dipotong saat prosesi pitodu dilaksanakan, karena kepercayaan masyarakat Gorontalo bahwa lati merupakan wujudnya bermacam-macam yang bisa bersemayam dalam tubuh manusia. Ayam (maluo) adalah simbol sebagi hewan yang lincah dan agresif dengan penglihatan yang tajam dari berbagai sisi. ###

Kamis, 26 Februari 2015

Mari Lestarikan Beladiri Langga Gorontalo

Oleh  Hartono Hadjarati
Indonesia memiliki kekayaan kultural yang beragam. Setiap kultur, etnis, suku dan agama memiliki ekspresi dan cara pengungkapannya masing-masing. Salah satu ekspresi itu tercermin pada olahraga tradisional yang hidup dan berkembang subur pada setiap daerah. Olahraga tradisional yang berkembang di masyarakat bukan hanya sebatas permainan, tetapi mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pelajaran. Selain itu, kekuatan magis dan olah seni pun melengkapi eksistensi olahraga tradisional. Keunikan olahraga tradisional menambah warna kekayaan budaya kita yang beragam dan majemuk. Beberapa contoh olahraga tradisional Gorontalo antara lain, Langga,Tongkobe, Tolode.
Olahraga tradisional Gorontalo yang beragam ini kini kondisinya memperihatinkan, karena posisinya telah tergantikan oleh berbagai permainan canggih dan bersifat otomatis serta digital. Anak-anak dan pemuda Gorontalo kini memiliki kecenderungan kurang mengenal olahraga tradisional Gorontalo. Padahal olahraga tradisional bisa menjadi modal bagi ketahanan budaya menghadapi serbuan budaya global. Olahraga tradisional bisa dijadikan perisai atau jati diri bangsa dalam pentas global. Selain itu, juga memiliki dimensi lain, yakni potensi bagi upaya untuk mendukung pariwisata. Keunikan olahraga tradisional akan dapat menarik minat banyak wisatawan mancanegara untuk datang ke Gorontalo. Hal ini dapat berdampak ekonomis terutama bagi masyarakat dan daerah Gorontalo. Selain itu, olahraga ini berdampak positif bagi terwujudnya masyarakat yang bugar, tegar dan memiliki sportifitas tinggi.
Salah satu peninggalan kebudayaan yang  berkembangan di masyarakat Gorontalo adalah seni beladiri tradisional  Langga. Beladiri Langga adalah salah satu seni beladiri yang berkembang dimasyarakat Gorontalo pada masa kerajaan dengan mengalami masa ke emasan pada pasca kemerdekaan Gorontalo pada tahun 1942. dalam perkembagannya olahraga Beladiri Langga menjadi perwujudan dari ketangguhan dari pejuang-pejuang masyarakat Gorontalo ketika menghadapi kaum penjajah bangsa Belanda dan Jepang.
Seni beladiri tradisional  Langga  Gorontalo ada dua jenis yakni Langga BuA dan Langga LaI. Diliat dalam struktur gerak dan tradisi sama, yang membedakan adalah pada karakternya yakni Langga bu’a lebih agresif dalam menantang lawan, ditandai dengan tidak lagi menghormati kepada lawannya. Sedangkan langga La’I lebih tenang terhadap lawan, tapi memiliki ke waspadaan tinggi dan kewibawaan, kadangkanlah dengan langga la’I salah satu lawan akan takluk tanpa perlawanan.
Pada prinsipnya seni beladiri tradisional Langga untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Beladiri Langga, ini merupakan seni beladiri yang menjadi milik Gorontalo, dimana seni beladiri ini tidak digunakan untuk membunuh, melainkan menjaga diri, melumpuhkan lawan tetapi tidak diwajibkan untuk hal-hal yang menimbulkan korban jiwa. Beladiri Langga adalah seni beladiri dengan tangan kosong, dan merupakan perkawinan tendangan dengan pukul serta tangkapan yang terencana dalam upaya mengenai titik kelemahan pada tubuh manusia, atau menjatuhkan lawan mainnya. Di samping sebagai alat beladiri terdapat ajaran-ajaran filosofi kehidupan sebagai perwujudan terhadap pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (EeyA).
Selama ini beladiri Langga dipandang sebelah mata oleh kalangan awam, karena masih dianggap jenis beladiri/beladiri yang ketinggal zaman karena hanya mengandalkan kekuatan fisik dan beladiri Langga dipandang tidak lebih hanya dari seni ke indah saja, yang tidak dapat di gunakan dalam pertarungan pada zaman modern. ini menyebabkan masyarakat mempunyai persepsi yang campur aduk tidak karuan terhadap beladiri langga. tidak adanya satu kesepakatan masyarakat mengenai ilmu beladiri langga berdampak pada menurunya jumlah orang yang tertarik mempelajari salah satu budaya luhur Gorontalo ini.
Selain itu adanya tradisi-tradisi  tidak logis seperti aturan sesorang yang mau belajar beladiri langga matanya harus di tetesi (dalam bahas Gorontalo 'Pitodu') dengan minyak kelapa yang kelapanya khusus dipanjat pada hari jumat dengan jenis kelapa yang tidak biasa, setelah itu proses pembuatannya harus melalui syarat-syarat tertentu agar khasiat dari minyak ini sangat mujarab ketika digunakan untuk mengbeat atau MODUHU para murid langga yang dianggap sudah tamat belajar langga.
Olahraga beladiri Tradisional  Langga di Provinsi Gorontalo belum mempunyai struktur gerak sehingga menyulitkan masyarakat untuk mendalami olahraga beladiri Tradisional  Langga tersebut. Olahraga beladiri Tradisional  Langga belum diketahui masyarakat secara pasti landasan filosofis dan nilai dalam setiap gerak seni yang di lakukan. Belum adanya aturan yang tertulis tentang aturan baku olahraga beladiri Tradisional beladiri Langga sewaktu dalam pertandingan. Untuk itu, pelestarian, pembinaan dan pengembangan olahraga tradisional beladiri langga adalah tindakan positif yang perlu kita dukung. Karena olahraga tradisional beladiri langga memiliki daya dan kekuatan yang menyebabkan kita sebagai daerah memiliki “kekebalan budaya” agar tak punah dan gagap dalam pergaulan dengan komunitas global. Olahraga tradisional beladiri langga sebagai aset kekayaan budaya daerah dapat menjadi fondasi yang kokoh dan kuat dalam membangun karakter daerah (# Jambura UNG)